5 Fase Perjalanan Bisnis Yang Akan Dilewati Pengusaha

5 Fase Perjalanan Bisnis Yang Akan Dilewati Pengusaha

Banyak artikel, tips dan kata-kata motivasi diluar sana yang membahas tentang bagaimana memulai sebuah bisnis. Mulai dari mencari ide, business model, modal usaha, partner dan team kerja. Tetapi sangat jarang artikel yang membahas tentang apa yang akan terjadi dan dihadapi dalam perjalanan membangun bisnis.
5 Fase Perjalanan Bisnis Yang Akan Dilewati Pengusaha
1. Fase Euforia

Saya masih ingat betul perasaan deg-degan dan adrenalin yang bergejolak saat saya baru pertama kali memulai bisnis. Semua ide dan rencana yang kami pikirkan terdengar sangat menarik dan sangat memungkinkan untuk dilakukan. Apalagi divalidasi dengan adanya revenue dari klien pertama, wow! rasanya langkah yang kami pilih tidak salah lagi.

Pada fase Euforia sebenarnya sangat penting untuk membicarakan “The Why” dalam bisnis, karena hal inilah yang sebenarnya bisa membuat sebuah bisnis bertahan dan tetap terus relevan dengan jaman. Sayangnya, di fase ini “The What” dan “The How” sangat mendominasi dan terlihat lebih menarik dibanding “The Why”. Karena “The What” dan “The How” dapat memberikan dampak langsung terhadap bisnis (dalam bentuk revenue dan action) dibandingkan “The Why” yang lebih terdengar seperti filosofi dan terkadang tema ini terlalu berat untuk dibicarakan.

2. Fase Realita

Biasanya fase ini terjadi pada usia bisnis diatas 1 tahun. Saya mulai menyadari bahwa menjalankan sebuah bisnis tidaklah mudah dan menyenangkan seperti kelihatannya. Mulai dari masalah dengan kualitas kerja, hubungan dengan klien, hubungan dengan partner/ team kerja, proyek yang tidak bisa diprediksi, sampai kepada masalah finansial.

Disinilah realita menendang perspektif dan pengetahuan saya. Cara pikir dan rencana yang seharusnya bisa berjalan, pada prakteknya tidak bisa dilakukan. Dan masalah mulai bermunculan seperti gelembung udara didalam air. Di situasi seperti ini banyak dari kita yang mulai memikirkan masa lalu yang lebih nyaman (misalnya: masa ketika masih bekerja di perusahaan lain), masa lalu yang kita kenal dan kita tahu betul cara mengatasinya. Sehingga tidak heran banyak bisnis baru yang berguguran di 1–2 tahun pertama.

3. Fase Refleksi

Saya bersyukur bisa mencapai fase Refleksi, karena menurut saya pada fase inilah pemahaman saya diperbarui. Masalah yang ada tidak membuat saya menyerah, malah saya bersyukur mengalami masalah tersebut dan membuat saya melihat sisi positif dalam setiap masalah. Kata “masalah” juga mulai saya ganti dengan “tantangan”. Walaupun terdengar klise dan simpel, tapi sangat berdampak signifikan bagi saya.

Yang namanya tantangan, pasti bisa kita hadapi. Dan pasti ada jalan keluarnya. Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendiri dan Dia pasti memberi kita kekuatan untuk menghadapi tantangan yang ada.

Dari fase Refleksi tersebut, saya mulai memikirkan “The Why” dalam bisnis. Visi dan misi perusahaan mulai ditulis dan disampaikan ke seluruh team. Perubahan terbesar pada fase ini terjadi pada diri saya sendiri. Dan menurut saya, ini sangat penting. Bagaimana seorang founder dapat mengembangkan bisnisnya dan orang yang ada di dalamnya kalau ia sendiri tidak berkembang?

4. Fase Pendewasaan

Dalam fase Pendewasaan, saya mulai banyak terlibat dalam manajerial (HR, nilai & budaya perusahaan) dan strategi (business model, finance). Saya mulai berpikir bagaimana membuat system yang baik dan cocok untuk perusahaan. Bagaimana seseorang dapat berkarir dan bertumbuh ketika mereka bekerja di perusahaan ini.

Dalam sisi personal, saya belajar untuk mempercayai dan mendelegasikan tugas dan tanggung jawab kepada team. Terutama karena saya berasal dari latar belakang teknis (Graphic, UI&UX Design), hal ini yang biasanya menjadi tantangan tersendiri. Namun seiring berjalannya waktu dan usaha untuk menyalurkan pengetahuan kepada team, hal ini dapat diatasi. Bahkan hingga sekarang team saya mendesain lebih baik daripada saya sendiri.

Fase Pendewasaan ini tidak akan pernah berhenti, karena kita tidak akan pernah berhenti belajar dari orang lain.

5. Fase Misioner

Saat ini saya sedang didalam fase Misioner, yaitu fase dimana kita memikirkan bagaimana perusahaan ini serta orang yang terlibat bisa berjalan terus sampai 10, 20 bahkan 30 tahun lagi. Bagaimana menjadi perusahaan yang tidak hanya profitable tetapi bisa menjadi dampak baik kepada industri dan masyarakat.

Dalam fase ini saya merasa visi pribadi sangat mempengaruhi tindak lanjut dan rencana yang akan dijalankan. Saya sangat senang melihat proses seseorang yang dari bukan siapa-siapa menjadi seseorang yang tahu tujuan hidup dan berdampak bagi sekitarnya.

Ketika kita sudah memikirkan dampak perusahaan bagi orang lain, hal ini akan mengubah cara pandang dan cara kita mengeksekusi ide dan rencana kerja.

Di tahun 2023 ini, semoga bisa menjadi titik awal atau bahkan titik balik bagi kamu. Apakah ada pengalaman pribadi tentang perjalanan bisnis yang mau kamu bagikan? Silakan tulis dan bagikan dengan teman-teman yang lain
Next Post Previous Post